Minggu, 15 Juli 2018

Mengampuni Dengan Tulus


”Sabarlah kamu terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuatlah juga demikian.” (Kolose 3:13)



Ketika masih duduk di bangku kelas 3 SMP, teman sekelas saya seorang wanita diketahui hamil diluar nikah. Atas inisiatip keluarga, ia berhenti sekolah. Mulanya pihak sekolah tidak mengetahui dengan pasti alasan orang tuanya memberhentikan anaknya. Karena ingin mendapatkan keterangan langsung dari orangtuanya, maka wali kelas beserta dengan kepala sekolah mendatangi orangtuanya. Setelah mendapatkan keterangan yang pasti dan alasan dari kedua orangtuanya, maka pihak sekolah bisa menerima keputusannya itu. Tidak banyak yang mengetahui peristiwa tersebut, hanya para guru dan beberapa teman dekatnya, termasuk saya. Secara pribadi terus terang saya tidak terlalu terkejut dengan kejadian itu, karena saya tahu betul bagaimana perilaku teman saya itu selama ini. Saya juga tahu betul, bagaimana orangtuanya kerapkali menegur bahkan sering marah-marah dengan sikap dan perilakunya itu.

Saya melihat wajah yang penuh penyesalan dari teman saya itu, karena selama ini ia tidak pernah mau mendengar nasihat dan teguran-teguran yang dialamatkan kepadanya, baik dari teman maupun orangtuanya sendiri. Sehingga ia harus menangung akibat perbuatannya. Memang sepertinya terlambat. Namun satu hal yang luar biasa, saya melihat bahwa kedua orangtuanya bisa menerima dan memaafkan semua kesalahan yang telah diperbuat oleh anaknya itu. Bahkan turut serta sibuk merawat janin yang ada di dalam kandungannya serta terus memberi semangat kepadanya agar tidak berputus asa dan tetap bisa memandang masa depannya. Ketika itu saya belum di dalam Tuhan, demikian juga dengan teman saya itu.

Saudaraku, jika orang yang di luar Kristus saja dapat melakukan hal ini, apalagi kita sebagai anak-anak Tuhan, seharusnya bisa melakukannya lebih baik lagi daripada mereka yang di luar Tuhan. Permasalahan anak-anak Tuhan akhir-akhir ini adalah kita sulit untuk menerima teguran ketika berada dalam posisi yang salah. Bahkan merasa berat untuk memaafkan dan menerima kembali orang yang telah menyakiti hati atau yang telah mengecewakan kita. Rasul Paulus tidak ragu-ragu untuk memuji orang-orang Kristen di Korintus yang menegur orang lain karena perbuatannya yang tidak bermoral (2 Korintus 2:6-7). Dan ketika orang tersebut menyesali dosa-dosanya, Paulus segera mendesak mereka untuk mengampuni dengan tulus. Bagaimana dengan kita?(se)

Doa: Tuhan, berikanlah aku hati seperti-Mu. Aku mau belajar mengampuni orang yang telah bersalah kepadaku, seperti Engkau telah mengampuniku. Amin


New seven Generation's artikel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar