(Lukas 22:40)
Setelah tiba di tempat itu Ia berkata kepada Mereka: “Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.”
Berbeda dengan ujian(trials) yang datang dari pihak di luar diri kita, pencobaan(temptation) berasal dari dalam diri kita yang distimulus oleh “Needs” (keinginan) . Kata “Peirasmon” (Grk.) asal dari kata pencobaan, mengandung arti: pengalaman yang melahirkan kesan.
Dari sebuah kesan kita akan dibawa kepada penilaian, dan saat seseorang menilai sebuah pengalaman hidupnya, yang muncul adalah pilihan, (antara menyenangkan atau tak menyenangkan; rela atau tak rela) . Itu sebabnya hidup memang merupakan pilihan .
Dalam “pilihan” itulah tersedia jalan masuk ke dalam pencobaan, karena jiwa dan tubuh akan bereaksi menghindari, bahkan menolak pengalaman yang masuk dalam penilaian tidak menyenangkan. Dengan demikian pencobaan merupakan penilaian yang negatif terhadap sebuah pengalaman hidup, yang menghasilkan perasaan tidak rela, lalu menyalahkan pihak lain atas pengalaman yang kita alami.
Yakobus yang pernah punya pengalaman ini, berkomentar tentang pencobaan di Yak.1:14 -15, sebagai keinginan yang dibuahi, sampai seseorang bisa “diseret & dipikat” oleh keinginannya sendiri. Nafsu yang dibuahi/dikandung(Sullambano), juga bisa berarti Menahan (Kis.12:3) atau menangkap. Artinya jika kita mendapati sebuah gerak keinginan yang memaksakan sesuatu harus terjadi, maka kita telah jatuh ke dalam pencobaan, karena kita tidak dapat membebaskan diri dari tuntutan keinginan kita sendiri.
Fase inilah yang melahirkan pemikiran konsumeris dan hedonis, sebuah konsep hidup yang menitik-beratkan pada kesenangan semata, kebaikan Allah hanya berpagar sebatas apa yang dianggapnya senang bagi dirinya sendiri. Lagi sekali itulah pencobaan.
Mengatasi gejala tersebut ajakan Yesus dalam ayat pokok di atas, perlu segera ditanggapi. Doa akan menggunakan waktu senggang kita, untuk membatasi keinginan hedonis, yang kerap datang sebagai pelampiasan kepenatan rutinitas. Dengan doa pula kita dapat menguasai dan mengatur keinginan menjadi sebuah kebiasaan baik. Selamatkan diri anda dari pencobaan, Tuhan pasti menolong. (HJVDK)
Doa: Terima kasih Bapa, Engkau ajar kami berdoa. Doa ternyata mampu membuat aku mengekang keinginan hedonis dan konsumerismeku. Amin.
Sumber : Renungan Harian Suluh Iman ( suluh_iman@ekklevision.org)
Setelah tiba di tempat itu Ia berkata kepada Mereka: “Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.”
Berbeda dengan ujian(trials) yang datang dari pihak di luar diri kita, pencobaan(temptation) berasal dari dalam diri kita yang distimulus oleh “Needs” (keinginan) . Kata “Peirasmon” (Grk.) asal dari kata pencobaan, mengandung arti: pengalaman yang melahirkan kesan.
Dari sebuah kesan kita akan dibawa kepada penilaian, dan saat seseorang menilai sebuah pengalaman hidupnya, yang muncul adalah pilihan, (antara menyenangkan atau tak menyenangkan; rela atau tak rela) . Itu sebabnya hidup memang merupakan pilihan .
Dalam “pilihan” itulah tersedia jalan masuk ke dalam pencobaan, karena jiwa dan tubuh akan bereaksi menghindari, bahkan menolak pengalaman yang masuk dalam penilaian tidak menyenangkan. Dengan demikian pencobaan merupakan penilaian yang negatif terhadap sebuah pengalaman hidup, yang menghasilkan perasaan tidak rela, lalu menyalahkan pihak lain atas pengalaman yang kita alami.
Yakobus yang pernah punya pengalaman ini, berkomentar tentang pencobaan di Yak.1:14 -15, sebagai keinginan yang dibuahi, sampai seseorang bisa “diseret & dipikat” oleh keinginannya sendiri. Nafsu yang dibuahi/dikandung(Sullambano), juga bisa berarti Menahan (Kis.12:3) atau menangkap. Artinya jika kita mendapati sebuah gerak keinginan yang memaksakan sesuatu harus terjadi, maka kita telah jatuh ke dalam pencobaan, karena kita tidak dapat membebaskan diri dari tuntutan keinginan kita sendiri.
Fase inilah yang melahirkan pemikiran konsumeris dan hedonis, sebuah konsep hidup yang menitik-beratkan pada kesenangan semata, kebaikan Allah hanya berpagar sebatas apa yang dianggapnya senang bagi dirinya sendiri. Lagi sekali itulah pencobaan.
Mengatasi gejala tersebut ajakan Yesus dalam ayat pokok di atas, perlu segera ditanggapi. Doa akan menggunakan waktu senggang kita, untuk membatasi keinginan hedonis, yang kerap datang sebagai pelampiasan kepenatan rutinitas. Dengan doa pula kita dapat menguasai dan mengatur keinginan menjadi sebuah kebiasaan baik. Selamatkan diri anda dari pencobaan, Tuhan pasti menolong. (HJVDK)
Doa: Terima kasih Bapa, Engkau ajar kami berdoa. Doa ternyata mampu membuat aku mengekang keinginan hedonis dan konsumerismeku. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar