(Roma 14:8)
“Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan.”
Kalau kita melihat jarak antara kejatuhan Adam hingga terjadinya air bah berdasarkan silsilah yang ditulis Musa maka ada sepuluh generasi dari Habel sampai Nuh. Dalam masa sepuluh generasi itu ternyata kecenderungan hati manusia hanya menghasilkan kejahatan semata. Kondisi moral manusia pada masa itu sedemikian bobroknya. Tetapi Nuh dianggap orang yang benar dari antara orang-orang sezamannya.
Tuhan akhirnya mengirimkan air bah sebagai bentuk penghukuman atas dunia dan hanya menyelamatkan Nuh dan seluruh keluarganya dengan bahtera yang diperintahkan Tuhan untuk dibangunnya. Peradaban ‘modern’ yang diagung-agungkan waktu itu lenyap seketika.
Jika kita mau jujur dan kritis menelaah peristiwa masa purba, itu tidak lebih merupakan gambaran kecil atau sebuah potret apa yang akan terjadi di masa depan dunia ini. Di sinilah makna peristiwa air bah itu bagi kita yang hidup di zaman ini (Luk. 17:26-27; Mat. 24:37-39). Spirit zaman yang disebutkan sebagai zaman modern ini, prinsipnya tidak beda jauh dengan zaman Nuh. Tuhan tidak dapat ditipu dengan kamuflase peradaban yang tampak maju. Allah selalu melihat esensi di balik peradaban itu, bukan bentuk peradabannya sendiri.
Peradaban maju tidak bertentangan dengan esensi kekudusan Allah yang berdaulat. Yang bertentangan adalah jika terjadi pengkultusan atau sikap mental yang melawan kedaulatan Allah di dalam dan melalui peradaban itu sehingga bukan Tuhan yang mendapat tempat pujaan. Sungguh benar nasihat Salomo bahwa “Takut akan Tuhan awal dari segala hikmat dan pengetahuan” (Amsal 1:7). Artinya segala potensi yang berkembang maju haruslah tetap dalam kerangka atau bingkai kekudusan dan rasa hormat kepada Tuhan, dan semata-mata hanya untuk kemuliaan Tuhan, lain tidak.
Hal ini akan terlihat dari gaya dan pola hidup kekristenan kita. Apakah kita masih menempatkan hal duniawi sebagai hal terutama yang kita pertahankan, atau mengelolanya semata-mata untuk kemuliaan Tuhan? (1 Kor. 10:31).Happy valentine Day!(SRS)
Doa: Tuhan Yesus aku tidak akan biarkan peradaban modern menjadikan aku tak bermoral di hadapanMu. Standar moralku hanya FirmanMu. Amin.
Sumber : Renungan Harian Suluh Iman ( suluh_iman@ekklevision.org)
“Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan.”
Kalau kita melihat jarak antara kejatuhan Adam hingga terjadinya air bah berdasarkan silsilah yang ditulis Musa maka ada sepuluh generasi dari Habel sampai Nuh. Dalam masa sepuluh generasi itu ternyata kecenderungan hati manusia hanya menghasilkan kejahatan semata. Kondisi moral manusia pada masa itu sedemikian bobroknya. Tetapi Nuh dianggap orang yang benar dari antara orang-orang sezamannya.
Tuhan akhirnya mengirimkan air bah sebagai bentuk penghukuman atas dunia dan hanya menyelamatkan Nuh dan seluruh keluarganya dengan bahtera yang diperintahkan Tuhan untuk dibangunnya. Peradaban ‘modern’ yang diagung-agungkan waktu itu lenyap seketika.
Jika kita mau jujur dan kritis menelaah peristiwa masa purba, itu tidak lebih merupakan gambaran kecil atau sebuah potret apa yang akan terjadi di masa depan dunia ini. Di sinilah makna peristiwa air bah itu bagi kita yang hidup di zaman ini (Luk. 17:26-27; Mat. 24:37-39). Spirit zaman yang disebutkan sebagai zaman modern ini, prinsipnya tidak beda jauh dengan zaman Nuh. Tuhan tidak dapat ditipu dengan kamuflase peradaban yang tampak maju. Allah selalu melihat esensi di balik peradaban itu, bukan bentuk peradabannya sendiri.
Peradaban maju tidak bertentangan dengan esensi kekudusan Allah yang berdaulat. Yang bertentangan adalah jika terjadi pengkultusan atau sikap mental yang melawan kedaulatan Allah di dalam dan melalui peradaban itu sehingga bukan Tuhan yang mendapat tempat pujaan. Sungguh benar nasihat Salomo bahwa “Takut akan Tuhan awal dari segala hikmat dan pengetahuan” (Amsal 1:7). Artinya segala potensi yang berkembang maju haruslah tetap dalam kerangka atau bingkai kekudusan dan rasa hormat kepada Tuhan, dan semata-mata hanya untuk kemuliaan Tuhan, lain tidak.
Hal ini akan terlihat dari gaya dan pola hidup kekristenan kita. Apakah kita masih menempatkan hal duniawi sebagai hal terutama yang kita pertahankan, atau mengelolanya semata-mata untuk kemuliaan Tuhan? (1 Kor. 10:31).Happy valentine Day!(SRS)
Doa: Tuhan Yesus aku tidak akan biarkan peradaban modern menjadikan aku tak bermoral di hadapanMu. Standar moralku hanya FirmanMu. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar