(Nehemia 5:14-15)
“Pula sejak aku diangkat sebagai bupati di tanah Yehuda, yakni dari tahun kedua puluh sampai tahun ketiga puluh dua pemerintahan Artahsasta jadi dua belas tahun lamanya, aku dan saudara-saudaraku tidak pernah mengambil pembagian yang menjadi hak bupati.”
Nabi Elia, seorang yang terkenal vocal dalam pemberitaannya. Bahkan kita juga tahu ia melakukan perkara-perkara keajaiban Allah yang dahsyat. Tetapi ketika menghadapi kejaran Izebel, ia dengan mudah menyebut segala pekerjaannya yang “pantas” untuk dihargai Allah. Nabi E lia bahk an berani MENUNTUT PEMBEL AAN ALL AH!!!
Pantaskah kita menuntut Allah dengan “mengingatkan” Allah pekerjaan yang telah kita lakukan? Atau kita menganggap Allah lupa untuk setiap ibadah, pelayanan, “korban persembahan” yang kita lakukan karena Allah. Bukankah FirmanNya memberitahukan kita bahwa kalau secangkir air yang kita berikan kepada mereka yang membutuhkan ber”pahala”, apalagi dengan semua jerih lelah kita (I Korintus 15:58).
Saudaraku, itu tidak ada salahnya tetapi ingat, tadinya KITA BUKAN ORANG PILIHAN ALLAH!!! Tadinya kita adalah orang berdosa yang seharusnya terhukum karena pelanggaran kita. Syukur kepada Allah kemudian Ia mengangkat kita dari lumpur dosa. Allah bisa menemukan orang lain yang lebih baik dari kita(I Raja-raja 19:16,19-21).
Berbeda dengan prinsip Nehemia. Sebenarnya Nehemia pantas mendapat bagian hak seorang bupati. Tetapi Nehemia tidak mau menuntut hak itu. Bayangkan upah seorang Bupati Yehuda selama 12 tahun. Tentu suatu jumlah yang besar. Karena Nehemia seorang yang takut akan Tuhan, Ia berprinsip jabatannya adalah pelayanan kepada Allah. Lagipula ia tidak mau memberatkan rakyat dengan pungutan seperti yang dilakukan para bupati sebelumnya(Neh. 5:15,18).
Saudaraku, bukankah ibadah kita saja berjaminan (Kel. 23:25-26) apalagi bila kita “andil” dalam pelayanan dan menjadi rekan sekerja Allah. Bukankah Pelayanan adalah sebuah KESEMPATAN yang berasal dari ANUGRAH ALLAH ! Tanpa perlu menuntut balas atau imbalan, sesungguhnya Allah telah menyediakan jaminan Upah Pelayanan Kita (I Kor. 9:23).(LR)
Doa: Tuhan Yesus ketika aku melayani Engkau, aku mau melakukannya dengan tulus kepadaMu tanpa memandang kepada upah. Sertailah ikrarku ini. Amin.
Sumber : Renungan Harian Suluh Iman ( suluh_iman@ekklevision.org)
“Pula sejak aku diangkat sebagai bupati di tanah Yehuda, yakni dari tahun kedua puluh sampai tahun ketiga puluh dua pemerintahan Artahsasta jadi dua belas tahun lamanya, aku dan saudara-saudaraku tidak pernah mengambil pembagian yang menjadi hak bupati.”
Nabi Elia, seorang yang terkenal vocal dalam pemberitaannya. Bahkan kita juga tahu ia melakukan perkara-perkara keajaiban Allah yang dahsyat. Tetapi ketika menghadapi kejaran Izebel, ia dengan mudah menyebut segala pekerjaannya yang “pantas” untuk dihargai Allah. Nabi E lia bahk an berani MENUNTUT PEMBEL AAN ALL AH!!!
Pantaskah kita menuntut Allah dengan “mengingatkan” Allah pekerjaan yang telah kita lakukan? Atau kita menganggap Allah lupa untuk setiap ibadah, pelayanan, “korban persembahan” yang kita lakukan karena Allah. Bukankah FirmanNya memberitahukan kita bahwa kalau secangkir air yang kita berikan kepada mereka yang membutuhkan ber”pahala”, apalagi dengan semua jerih lelah kita (I Korintus 15:58).
Saudaraku, itu tidak ada salahnya tetapi ingat, tadinya KITA BUKAN ORANG PILIHAN ALLAH!!! Tadinya kita adalah orang berdosa yang seharusnya terhukum karena pelanggaran kita. Syukur kepada Allah kemudian Ia mengangkat kita dari lumpur dosa. Allah bisa menemukan orang lain yang lebih baik dari kita(I Raja-raja 19:16,19-21).
Berbeda dengan prinsip Nehemia. Sebenarnya Nehemia pantas mendapat bagian hak seorang bupati. Tetapi Nehemia tidak mau menuntut hak itu. Bayangkan upah seorang Bupati Yehuda selama 12 tahun. Tentu suatu jumlah yang besar. Karena Nehemia seorang yang takut akan Tuhan, Ia berprinsip jabatannya adalah pelayanan kepada Allah. Lagipula ia tidak mau memberatkan rakyat dengan pungutan seperti yang dilakukan para bupati sebelumnya(Neh. 5:15,18).
Saudaraku, bukankah ibadah kita saja berjaminan (Kel. 23:25-26) apalagi bila kita “andil” dalam pelayanan dan menjadi rekan sekerja Allah. Bukankah Pelayanan adalah sebuah KESEMPATAN yang berasal dari ANUGRAH ALLAH ! Tanpa perlu menuntut balas atau imbalan, sesungguhnya Allah telah menyediakan jaminan Upah Pelayanan Kita (I Kor. 9:23).(LR)
Doa: Tuhan Yesus ketika aku melayani Engkau, aku mau melakukannya dengan tulus kepadaMu tanpa memandang kepada upah. Sertailah ikrarku ini. Amin.
Sumber : Renungan Harian Suluh Iman ( suluh_iman@ekklevision.org)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar