(Daniel 3:17-18)
“Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu."
Bayangkan seandainya saudara sedang menonton sepak bola di stadion yang dipenuhi oleh suporter yang memakai seragam tim tuan rumah, sementara saudara satu-satunya orang yang memakai seragam tim lawan. Mungkin seperti itulah situasi yang dihadapi oleh tiga orang pemuda Ibrani, yaitu Hananya, Misael dan Azarya. Ketiganya adalah bagian dari sekelompok pemuda Ibrani yang ditawan Babel tetapi yang kemudian terpilih untuk dididik menjadi para pejabat di Babel.
Nama mereka diganti, cara berpakaian mereka diubah, begitupun pola makan mereka. Babel seolah-olah ingin menanggalkan ke- Israel-an mereka. Tetapi ternyata Babel tidak dapat menanggalkan sikap mereka untuk menyembah hanya kepada Allah yang benar! Bahkan ketika mereka harus dihadapkan pada pilihan harus menyembah berhala atau dilemparkan ke dalam perapian yang menyala-nyala, mereka tetap pada sikap tidak mau menyembah sekalipun semua orang telah sujud kepada patung yang dibuat Nebukadnezar.
Dunia kita sekarang pun adalah tempat dengan banyak kesempatan yang membuat kita terjebak untuk berkompromi. Tetapi dengan membangun dasar yang kuat serta karakter Kristus dapat membuat kita kuat menghadapi semuanya.
Seringkali kita bersembunyi di belakang apa yang kita sebut ‘dosa putih’, ‘bohong untuk kebaikan’, ataupun ‘hikmat’ untuk menutupi tindakan yang sebenarnya tidak sesuai dengan tuntutan Tuhan. Ingatlah betapa tegasnya peringatan Tuhan Yesus, “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.” (Mat. 5:37)
Tekanan-tekanan yang memaksa kita untuk melakukan ‘penyesuaian’ dengan berkompromi dengan hal-hal yang salah memang tidak pernah kita harapkan, tetapi marilah kita melatih diri kita untuk membangun batasan-batasan yang Alkitabiah di sekitar diri kita supaya kita dapat tetap berdiri pada prinsip iman kita dan mempertahankan keselamatan kita tanpa kompromi.(SRS)
Doa : Ya Bapa, ampuni aku bila hidupku terlalu banyak kompromi, tetapi mulai hari ini aku melatih diriku untuk teguh berpegang pada imanku kepadaMu. Amin.
Sumber : Renungan Harian Suluh Iman ( suluh_iman@ekklevision.org)
“Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu."
Bayangkan seandainya saudara sedang menonton sepak bola di stadion yang dipenuhi oleh suporter yang memakai seragam tim tuan rumah, sementara saudara satu-satunya orang yang memakai seragam tim lawan. Mungkin seperti itulah situasi yang dihadapi oleh tiga orang pemuda Ibrani, yaitu Hananya, Misael dan Azarya. Ketiganya adalah bagian dari sekelompok pemuda Ibrani yang ditawan Babel tetapi yang kemudian terpilih untuk dididik menjadi para pejabat di Babel.
Nama mereka diganti, cara berpakaian mereka diubah, begitupun pola makan mereka. Babel seolah-olah ingin menanggalkan ke- Israel-an mereka. Tetapi ternyata Babel tidak dapat menanggalkan sikap mereka untuk menyembah hanya kepada Allah yang benar! Bahkan ketika mereka harus dihadapkan pada pilihan harus menyembah berhala atau dilemparkan ke dalam perapian yang menyala-nyala, mereka tetap pada sikap tidak mau menyembah sekalipun semua orang telah sujud kepada patung yang dibuat Nebukadnezar.
Dunia kita sekarang pun adalah tempat dengan banyak kesempatan yang membuat kita terjebak untuk berkompromi. Tetapi dengan membangun dasar yang kuat serta karakter Kristus dapat membuat kita kuat menghadapi semuanya.
Seringkali kita bersembunyi di belakang apa yang kita sebut ‘dosa putih’, ‘bohong untuk kebaikan’, ataupun ‘hikmat’ untuk menutupi tindakan yang sebenarnya tidak sesuai dengan tuntutan Tuhan. Ingatlah betapa tegasnya peringatan Tuhan Yesus, “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.” (Mat. 5:37)
Tekanan-tekanan yang memaksa kita untuk melakukan ‘penyesuaian’ dengan berkompromi dengan hal-hal yang salah memang tidak pernah kita harapkan, tetapi marilah kita melatih diri kita untuk membangun batasan-batasan yang Alkitabiah di sekitar diri kita supaya kita dapat tetap berdiri pada prinsip iman kita dan mempertahankan keselamatan kita tanpa kompromi.(SRS)
Doa : Ya Bapa, ampuni aku bila hidupku terlalu banyak kompromi, tetapi mulai hari ini aku melatih diriku untuk teguh berpegang pada imanku kepadaMu. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar